Luar biasa dan salut buat tiga orang siswa SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang berhasil di terima tidak hanya pada satu perguruan tinggi luar negeri (PTLN), namun satu siswa diterima di 5 - 9 PTLN.
Sebut saja Arkan Fadhil Kautsar, siswa kelas 12 MIPA 1 ini diterima oleh University of Pennsylvania, USA, University of California, Berkeley - USA; National of Singapore; Jhons Hopkins University, USA; University of California, San Diego - USA; University of Illinois Urbana Champaign - USA; Australian National University dan Monash University. Demikian juga juga dua rekannya, Aishea dan Sultan Zahraaan yang masing-masing di terima di 5 universitas luar negeri ternama.
Mereka bertiga disponsori oleh program Beasiswa Indonesia Maju (BIM), yaitu program beasiswa yang diberikan kepada peserta didik/lulusan yang berprestasi pada bidang akademik dan non-akademik. BIM terdiri dari program beasiswa bergelar (degree) dan beasiswa non gelar (non degree). Program beasiswa bergelar jenjang S1 dan S2 dilaksanakan oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan, sedangkan program beasiswa non-gelar, yaitu Program Persiapan S1 Luar Negeri , dilaksanakan oleh Pusat Prestasi Nasional.
Arkan Fadhil Kautsar
Sejak Dahulu, saya memang bermimpi untuk berkuliah di luar negeri, khusunya Oxford. Untuk mewujudkan mimpi itu, sejak SD hingga SMA saya sering mengikuti olimpiade sains di berbagai tingkat. Tapi rupanya prestasi saja tidak cukup, karena kuliah ke luar negeri rupanya tidak murah. Alhamdulillahnya ketika saya masuk SMA, pemerintah mengadakan program beasiswa S1, yakni Beasiswa Indonesia Maju (BIM). Kerja kerasku dalam meraih Medali Emas pada OSN Fisika SMA 2022 membuahkan hasil yang manis. Sekeping medali tersebut mengantarkanku pada kesempatan untuk meraih mimpi masa kecilku untuk menempuh pendidikan di luar negeri yang dahulu kukira di luar jangkauan. Saya dan dua teman lain berhasil melewati seleksi berkas dan wawancara sebagai Awardee Beasiswa Indonesia Maju Program Persiapan Luar Negeri Angkatan 3.
Program ini membekali kamu dengan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi Luar Negeri (PTLN), seperti tes IELTS & SAT, Proyek Sosial, hingga College Counselling yang kami jalani selama sekitar satu tahun. Satu tahun ini pun tidak mudah, dimana kami harus mengikuti program-program tersebut secara konsisten dan telaten untuk memastikan skor tes yang terbaik, tidak melewatkan informasi-informasi penting, dan memanage waktu dalam memastikan semua pekerjaan ada dalam deadline yang sudah ditentukan.
Dengan dijalankannya seluruh program tersebut, saya sudah berhasil mendaftarkan diri ke 22 PTLN dan telah diterima di 3 Universitas yang telah diumumkan (UBC, ANU, & Monash). Semoga ke depannya banyak lagi kabar baik yang akan datang, agar saya dan rekan-rekan mampu menjalani pendidikan yang terbaik dan berkontribusi untuk masyarakat di kemudian hari
Aishea Keimishanaia N
Pada awal memasuki moonzher, aku memilih untuk membanting setir ke jurusan IPS dan memilih untuk memasuki ekskul MES, English Debate. Padahal dari awal, aku diketahui sebagai murid “IPA banget” dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Hal itu berubah ketika aku mengetahui jika aku mempunyai bakat dalam berbicara, maka dari situ aku memilih untuk menempuh jalan untuk menjadi diplomat atau kementerian luar negeri di masa depan, menjadi siswa jurusan IPS.
Dimulai dari kelas 10, aku tidak kepikiran untuk berkuliah diluar negeri dikarenakan kondisi finansial keluarga yang memang tidak stabil dan kurikulum sekolah yang bukan kurikulum internasional. Tetapi, setelah bertemu dengan Bu Rini, yang kebetulan adalah guru BK aku di kelas X IPS 1, aku diperkenalkan dengan beragam beasiswa dan kuliah PTLN yang menawarkan berbagai opportunities yang ternyata cocok dengan diriku sendiri, seperti APU Ritsumeikan University dan universitas Jepang lainnya.
Dari situ, aku sudah meniatkan diri untuk selalu mengejar prestasi akademik dan non akademik lebih giat. Kalau bisa, aku selalu bekerja keras untuk berada di satu langkah didepan teman teman karena nanti saingan aku itu bukan hanya satu Indonesia, tetapi satu dunia yang ingin memasuki universitas-universitas luar negeri tersebut.
Aku mulai mengikuti berbagai lomba debat bahasa inggris dari jenjang nasional ke internasional, MUN atau Model United Nations tingkat internasional, beragam seminar akademis nasional dan internasional, dan mengikuti berbagai organisasi volunteering seperti Hone in Us (@hone.in.us di Instagram).
Pada akhirnya, aku dapat mengikuti NSDC atau yang biasa dikenal sebagai National Schools Debating Championship tahun 2022, dimana aku terpilih untuk mewakili tim provinsi Banten di tingkat nasional. Dalam lebih dari setahun aku berlatih, ternyata aku gagal membawa pulang penghargaan apapun pada lomba tersebut. Di posisi kelas 11 semester 2 itu, aku mulai pasrah dalam keberlanjutan rencana aku untuk kuliah, karena aku merasa nilai aku belum kompetitif dan jika aku belum mempunyai sertifikat lomba nasional oleh Puspresnas/Pemerintah, akan lebih susah lagi untuk mencari kuliah.
Setelah lomba itu, aku kembali ke sekolah tanpa adanya rasa untuk melanjutkan rencana kuliah keluar negeri. Tetapi, pada suatu istirahat kedua di kantin, aku bertemu dengan Bu Rini yang akhirnya mengajak aku untuk mendaftarkan diri ke seleksi Beasiswa Indonesia Maju Angkatan 3. Sebelumnya, sudah ada panitia NSDC yang menawarkan aku untuk mengikuti seleksi beasiswa tersebut, tetapi aku belum begitu percaya diri kalau aku bisa diterima. Tanpa rasa mengharapkan apapun, aku mengisi formulir pendaftaran Beasiswa Indonesia Maju h-3 dari deadline.
Beberapa minggu datang, siapa sangka aku akhirnya mendapatkan BIM. Dan mulai lah waktu begadang non stop dari menjaga nilai akademis di sekolah, mengikuti rangkaian program persiapan BIM, persiapan tes IELTS dan SAT, mengikuti summer program di Toronto, Kanada, membangun projek sosial Nuraga Origami Project (NURAMI) dibawah naungan BIM dan Puspresnas, dan membuka kelas mentoring debate sebagai pekerjaan sampingan aku selama 4 bulan di 2023.
Selama satu tahun di 2023, setiap minggu nya aku rasa kalau semua sudah ada jadwalnya dari BIM, sehingga jarang sekali ada waktu untuk jalan bersama teman ataupun tidur on time setiap malamnya. Aku mulai insecure karena aku banyak sakit dan banyak waktu kurang fokus dengan sekolah, aku takut aku akan kepleset dan bisa bisa saja tidak mendapatkan Letter of Acceptance on time.
Datanglah tahun 2024 dan kedua temanku di sekolah yang juga mendapatkan BIM sudah dapat Letter of Acceptance dari beberapa universitas PTLN. Aku belum mendapatkan apapun sama sekali. Aku mulai rasa takut dan pasrah.
Pada akhirnya, di tanggal 26 Januari 2024, setelah imtaq pagi di hari Jumat dan di pelajaran BK bersama Bu Rini juga, aku mendapat kabar melalui email bahwa aku diterima di University of Toronto.
Melalui banyak rasa pasrah dan waktu begadang yang lebih dari tidak sehat selama tahun 2023 mengajarkan aku bahwa mungkin, tidak bisa kita lihat hasilnya semua di timeline kita sekarang, tetapi timing dari Tuhan memang yang selalu terbaik. Jadi jangan pantang menyerah dan selalu berprasangka yang terbaik terhadap segala hal di hidup.